Sunday, December 20, 2020

Cara Memahami Syirik dengan benar



Saat membaca judul di atas, mungkin terbersit di dalam benak kita sebuah pertanyaan, “mengapa kita harus memahami syirik? Bukankah syirik adalah dosa yang terbesar?” Jika memang demikian, maka simaklah perkataan Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu ini,


كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي


“Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan, sedangkan aku justru bertanya kepada beliau tentang keburukan disebabkan rasa takut keburukan itu akan menimpaku.”[1]


Sebagaimana seorang muslim dituntut untuk mengetahui berbagai macam kebaikan agar dapat mengamalkannya, begitu pula selayaknya bagi dia untuk mengetahui pelbagai macam keburukan agar mampu menghindarinya. Jika dicermati sejenak, betapa banyak kitab-kitab ulama terdahulu yang mengupas masalah dosa-dosa besar. Hal itu bertujuan untuk memperingatkan umat agar tidak terjerumus ke dalamnya.


Terlebih lagi perkara syirik, yang merupakan kezaliman terbesar, yang mampu menyeret manusia menjadi bahan bakar api neraka selama-lamanya. Sudah sepantasnyalah kita memahami hakikat kesyirikan itu sendiri. Karena siapa yang tidak mengetahuinya, dikhawatirkan akan terperosok di dalamnya tanpa disadarinya.


Sebagaimana yang dikatakan oleh penyair Arab, Abu Faras al-Hamdani,


عَرَفْتُ الشَّرَّ لَا لِلشَّر … رِ لَكِنْ لِتَوَقِّيهِ


وَمَنْ لَا يَعْرِفِ الشَّرَّ … مِنَ النَّاسِ يَقَعْ فيهِ!


“Aku mengetahui keburukan bukan untuk berbuat keburukan…


Akan tetapi agar mampu terhindar darinya…


Karena barang siapa dari manusia yang tidak mengetahui keburukan..


Suatu saat akan terjerumus ke dalamnya!”[2]


Makna Syirik

Secara etimologi, syirik berarti persekutuan yang terdiri dari dua atau lebih yang disebut sekutu. Sedangkan secara terminologi, syirik berarti menjadikan bagi Allah tandingan atau sekutu. Definisi ini bermuara dari hadis Nabi tentang dosa terbesar,


أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهْوَ خَلَقَكَ


“…Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia yang menciptakanmu.”[3]


Sebagian ulama membagi makna syirik menjadi makna umum dan makna khusus. Bermakna umum, jika menyekutukan Allah di dalam peribadahan hamba kepada-Nya (uluhiyyah), menyekutukan-Nya di dalam perbuatan-Nya (rububiyyah), nama-Nya, dan sifat-Nya (al-asma’ wa ash-shifat).


Akan tetapi, jika disebutkan secara mutlak, syirik berarti memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah. Dan inilah makna syirik secara khusus. Sebagaimana tauhid bermakna mengesakan Allah -dalam ibadah- jika disebut secara mutlak. Karena kesyirikan jenis inilah yang diperangi oleh Rasulullah semasa hidup beliau. Bahkan, kesyirikan pertama yang terjadi di muka bumi ini disebabkan oleh penyelewengan dalam beribadah kepada selain Allah yang telah menimpa kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam.


Diriwayatkan bahwa di zaman Nabi Nuh terdapat beberapa orang saleh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kepada manusia-manusia setelah mereka untuk mendirikan patung orang-orang saleh tersebut dan menamakannya dengan nama-nama mereka. Hal itu bertujuan untuk membuat mereka semangat dalam beribadah tatkala melihat patung tersebut.


Kala itu tiada seorang pun yang menyembah patung itu. Akan tetapi, ketika generasi pembuat patung wafat dan manusia berada di dalam kungkungan kebodohan, maka generasi setelahnya menjadikan patung-patung tersebut sebagai sesembahan. Mereka telah menduakan Allah dan itulah sebesar-besar dosa.


Fenomena Syirik

Syirik di dalam ibadah (uluhiyyah)

Syirik di dalam uluhiyyah Allah bermakna menyekutukan Allah di dalam ibadah. Atau dengan arti lain menyelewengkan ibadah kepada selain Allah. Ini adalah definisi syirik ketika penyebutannya bersifat mutlak. Karena kesyirikan ini yang paling menjamur, dan parahnya, tidak banyak orang yang menyadari akan hal itu. Betapa banyak manusia menduakan Allah di dalam penghambaan dirinya tanpa mereka sadari.


Termasuk ibadah di antaranya adalah salat, zakat, puasa, sembelihan, sumpah, doa, istigasah, cinta, takut, harap, dan segala bentuk peribadahan seorang hamba kepada Allah. Oleh sebab itu, termasuk bentuk kesyirikan ketika seseorang menyembelih kurban untuk jin semisal sesajen, berdoa meminta pertolongan kepada orang mati, atau penyelewangan ibadah lainnya kepada selain Allah.


Allah Ta’ala berfirman,


وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا


“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu ialah milik Allah. Maka janganlah kalian menyembah sesuatu pun di dalamnya selain Allah.” (QS. Al-Jinn: 18)


Syirik di dalam perbuatan Allah (rububiyyah)

Syirik di dalam rububiyyah Allah berarti meyakini adanya selain Allah yang melakukan perbuatan-perbuatan Allah. Atau menyamakan makhluk dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan rububiyyah-Nya. Misalnya, memercayai adanya sang pencipta selain Allah, pemberi rezeki, penurun hujan, dan pengatur alam semesta.


Syirik jenis ini umumnya sedikit. Karena kaum kafir Quraisy yang diperangi oleh Rasulullah pun meyakini tauhid jenis ini. Allah Ta’ala berfirman,


قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ


“Katakanlah wahai Muhammad, ‘Siapakah yang memberi kalian rezeki dari langit dan bumi? Siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan? Siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup? Siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Maka katakan, ‘Lantas mengapa kalian tidak bertakwa?” (QS. Yunus: 31)


Syirik di dalam nama dan sifat-Nya (asma’ wa shifat)

Syirik di dalam al-asma’ wa ash-shifat bermakna menjadikan sekutu bagi Allah, baik itu di dalam salah satu nama-Nya, atau salah satu sifat-Nya.


Allah Ta’ala berfirman,


لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ


“Tiada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. Asy-syura: 11)


Salah Kaprah tentang Syirik

Sebagian orang ada yang menyempitkan definisi syirik. Mereka mengatakan syirik adalah mengesakan Allah dalam perbuatan yang menjadi kekhususan bagi-Nya saja, atau dalam arti lain sifat rububiyah Allah semata. Misalkan keyakinan adanya pencipta, pemberi rezeki, pengatur alam semesta selain Allah. Sampai di sini, benar. Mereka yang menjadikan tandingan bagi Allah dalam perbuatan yang merupakan kekhususan bagi-Nya, maka itu termasuk syirik besar yang dapat menyebabkan seorang keluar dari koridor Islam.


Akan tetapi, tatkala mereka mengatakan bahwa orang yang telah meyakini ke-rububiyah-an Allah bukanlah orang yang musyrik, maka ini adalah kesalahan yang besar. Karena ternyata Al-Quran mengisahkan tentang kaum kafir yang juga mengakui bahwa Allah-lah pencipta mereka,


وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ


“Dan jika engkau bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan mereka?’ Maka mereka pasti menjawab, ‘Allah.’ Lantas bagaimana mereka dapat dipalingkan?” (QS. Az-Zukhruf: 87)


Sebagian lagi berpendapat bahwa syirik itu berarti tidak mengucapkan kalimat syahadat. Jadi, jika seseorang telah mengucapkan kalimat syahadat, maka ia terlepas dari perbuatan syirik. Maka ini merupakan kekeliruan yang nyata. Karena kaum munafik di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan kalimat syahadat, akan tetapi Allah menggambarkan kondisi mereka kelak,


إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا


“Sungguh, orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan terbawah dari neraka. Dan engkau tidak mendapati seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 145)


Sebagian lagi mengatakan bahwa jika seseorang telah menyembah Allah, telah beribadah kepada Allah, maka ia telah terlepas dari syirik. Maka ini pun kesalahan yang jelas. Toh, kaum kafir Quraisy dahulu juga menyembah Allah. Namun di samping itu, mereka juga menyembah berhala. Ketika mereka ditimpa kesulitan, mereka mengikhlaskan ibadah mereka hanya untuk Allah. Allah Ta’ala menceritakan ihwal kaum kafir saat dikungkung mara bahaya,


هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَق


“Dialah yang menjadikan kalian mampu berjalan di darat dan berlayar di lautan. Sehingga apabila kalian berada di atas kapal, dan melajulah kapal itu membawa mereka dengan tiupan angin yang tenang dan mereka bergembira karenanya, tiba-tiba badai datang disertai gelombang yang menghantam dari segala penjuru. Mereka pun mengira bahwa bahaya telah mengungkung mereka. Maka mereka lantas berdoa kepada Allah dengan tulus ikhlas, ‘Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, niscaya kami termasuk orang-orang yang bersyukur.’ Akan tetapi ketika Allah telah menyelamatkan mereka, mereka justru berbuat kezaliman di muka bumi tanpa alasan yang benar.”(QS. Yunus: 22-23)


Akhir kata, semoga artikel ini memperluas cakrawala pemikiran kita tentang makna syirik yang sebenarnya. Sehingga kita bisa lebih waspada agar tidak terjerumus ke dalamnya.


_________


[1] HR. Bukhari: 3060, dan Muslim: 1847


[2] Jami’ Dawawin asy-Syi’r al-‘Arabi ‘ala Marr al-‘Ushur, 16/41. Maktabah Syamilah.


[3] HR. Bukhari: 7520, dan Muslim: 86


Daftar Pustaka

Sholih bin Fauzan Al-Fauzan. 1417. Al-Irsyad ash-Shahih al-I’tiqad wa ar-Radd ‘ala Ahli asy-Syirk wa al-Ilhad (Cetakan ke-2). Riyadh – Arab Saudi: Dar Ibn Khuzaimah.


Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.1430. Syarh Kasyf asy-Syubuhat (Cetakan ke-1). Kairo – Mesir: Dar Ibn Hazm.


Ushul al-Iman fi Dhau’ al-Kitab wa as-Sunah. Maktabah Syamilah.


Penulis: Roni Nuryusmansyah


Muraja’ah: Ust. Muhsan Syarafuddin, Lc, M.HI


Artikel Muslim.Or.Id

Inilah Makna Tauhid yang benar




Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).


Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.


Pembagian Tauhid

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.


Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan dalam Al Qur’an:


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ


“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1)


Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:


وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ


“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Az Zukhruf: 87)


وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ


“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al Ankabut 61)


Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bernama Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir.


Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Orang-orang komunis tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah” (Lihat Minhaj Firqotin Najiyyah)


Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat.


Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Dalilnya:


إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ


“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5)


Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman:


وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ


“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)


Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath Thahawiyah).


Perhatikanlah, sungguh aneh jika ada sekelompok ummat Islam yang sangat bersemangat menegakkan syariat, berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak memiliki perhatian serius terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan ditegakkan syariat, jihad adalah untuk ditegakkan tauhid uluhiyyah. Mereka memerangi orang kafir karena orang kafir tersebut tidak bertauhid uluhiyyah, sedangkan mereka sendiri tidak perhatian terhadap tauhid uluhiyyah??


Sedangkan Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Allah Ta’ala berfirman yang artinya:


وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا


“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180)


Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.


Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana.


Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.


Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh.


Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah berfirman yang artinya:


لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ


“Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi Maha Melihat” (QS. Asy Syura: 11)


Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah Ta’ala memang ber-istiwa di atas ‘Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah’. Pemahaman ini tidak benar karena Allah Ta’ala telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Qur’an dan Sunnah agar hamba-hambaNya mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Qur’an adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya.


Pentingnya mempelajari tauhid

Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya. Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain sepakbola saja begitu hafal dengan nama, hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak mentauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Wal’iyydzubillah. Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya” (Syarh Ushulil Iman, 4).


Monday, November 30, 2020

Begini Cara Mandi Wajib Bagi Pria dan Wanita yang baik dan Benar sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.


Tulisan kali ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai lima hal yang menyebabkan mandi wajib. Saat ini kami akan memaparkan serial kedua dari tiga serial secara keseluruhan tentang tata cara mandi wajib (al ghuslu). Semoga pembahasan kali ini bermanfaat.


Niat, Syarat Sahnya Mandi

Friday, November 20, 2020

Pengertian Tabayyun lengkap dengan Manfaat dan Penjelasannya



Istilah tabayyun sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Tabayyun berasal dari bahasa arab yang artinya penjelasan.


Pada kesempatan kali ini Pendidik akan memberikan penjelasan mengenai tabayyun secara terperinci. Untuk itu langsung saja kita simak penjelasannya sebagai berikut:


Berikut ini merupakan Arti dari Tabayyun:


Tabayyun Adalah

Doa Sebelum Makan sesuai Sunnah lengkap dengan Arab Latinnya


Sebagaimana yang kita tahu bahwasanya dalam Islam, apapun yang akan kita lakukan atau sebelum melakukan aktivitas apapun hendaknya membaca doa terlebih dahulu.


Salah satunya adalah makan, makan adalah aktivitas sehari-hari yang pasti kita lakukan, karena setiap orang pasti membutuhkan makan.


Sebagaimana dalam sebuah hadits:


“Sesungguhnya, hati itu akan merasa tenang terhadap yang halal dan tidak akan tenang terhadap yang haram.”(HR.Thabrani).


Hadits diatas menjelaskan bahwa makanan yang halal akan menimbulkan ketenangan hati dan batin. Nah pada kesempatan kali ini Pendidik akan memberikan bahasan mengenai Doa Sebelum Makan & Sesudah Makan. Untuk itu langsung saja kita simak penjelasannya sebagai berikut:

Thursday, November 19, 2020

8 Istilah Tajwid dalam Belajar Al Quran yang Perlu kalian Ketahui



Jika sebelumnya kita membahas mengenai hukum bacaan tajwid beserta contohnya, kali ini kita akan membahas mengenai istilah penting dalam ilmu tajwid. Nah untuk mengetahuinya mari kita simak penjelasan berikut ini:


9 Istilah Tajwid dalam Al-Qur’an Yang Harus Diketahui

 


Berikut ini adalah istilah tajwid dalam kitab suci Al-Qur’an:

Mengenal Perbededaan Idzhar Halqi dan Idzhar Syafawi secara lengkap


Jika sebelumnya Pendidik sudah membahas mengenai Hukum Bacaan Tajwid Lengkap, nah maka pada kesempatan kali ini kita akan mengkaji lebih spesifik lagi mengenai Izhar halqi dan syafawi.


Karena mengenal tajwid itu sangatlah penting agar dalam membaca Al-qur’an kita tidak salah dalam melafalkannya. Karena sedikit saja kita salah dalam melafalkan bacaan dalam ayat suci Al-Qur’an maka akan berubah makna dan artinya, tentu itu kesalahan yang sangat fatal.

Untuk itu, langsung saja kita simak penjelasan mengenai izhar halqi dan syafawi berikut ini:

Izhar Halqi & Syafawi: Pengertian, Hukum, Huruf & Contohnya

Izhar yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini ada dua, yakni izhar halqi dan izhar syafawi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:


Izhar ( اِظْهَارْ )

Menurut bahasa, izhar artinya jelas, terang, terlihat atau nampak. Sedangkan menurut istilah artinya mengeluarkan bunyi lafal atau huruf dengan tanpa dengung. Dalam ilmu tajwid ini izhar terbagi menjadi 4 bagian diantaranya adalah:


Izhar Halqi ( اِظْهَارْ حَلْقِي )

Izhar Syafawi ( اِظْهَارْ شَفَوِى )

Izhar Wajib ( اِظْهَارْ وَاجِبْ )

Izhar Qamariyah ( اِظْهَارْ قَمَرِيَةْ )

Akan tetapi, kali ini yang akan kita bahas ada dua, yaitu izhar halqi ( اِظْهَارْ حَلْقِي ) dan izhar syafawi ( اِظْهَارْ شَفَوِى ).


Izhar Halqi (اِظْهَارْ حَلْقِي )

Adapun penjelasan mengenai pengertian, hukum, huruf dan contoh izhar halqi adalah sebagai berikut:


1. Pengertian Izhar Halqi ( اِظْهَارْ حَلْقِي )

Menurut bahasa izhar artinya jelas dan halqi artinya tenggorokan. Jadi menurut istilah izhar halqi adalah mengeluarkan suatu bunyi lafal atau suara dari tenggorokan dengan dibaca jelas tanpa dengung.


2. Hukum Bacaan Izhar Halqi

Bacaan disebut sebagai izhar halqi apabila terdapat nun sukun atau tanwin yang bertemu dengan salah satu huruf halqi. Huruf halqi tersebut diantaranya adalah Hamzah ( ء ), Haa’ ( ه ), ‘Ain ( ع ), Ghain ( غ ), Kha’ ( ح ) dan Kho’ ( خ ).


Sedangkan Hukum idzhar halqi sendiri termasuk dalam kategori hukum bacaan Nun Sukun dan Tanwin.


3. Huruf Izhar Halqi

Adapun huruf izhar terdiri dari 6 yaitu: Hamzah ( ء ), Haa’ ( ه ), ‘Ain ( ع ), Ghain ( غ ), Kha’ ( ح ) dan Kho’ ( خ ). Huruf – huruf ini dikatakan sebagai huruf halqi karena huruf tersebut merupakan huruf yang berbunyi dari suara kerongkongan atau tenggorakan.


Huruf izhar halqi tersebut tersusun dari permulaan kata dalam sebuah syair, yakni:


أَخِى – هَاكَ – عِلْمًا – حَازَهُ – غَيْرُ – خَاسِرٍ


4. Cara Membaca Izhar Halqi

Adapun cara membaca hukum bacaan izhar halqi adalah dengan jelas dan juga terang. Maksudnya adalah huruf izhar tersebut tetap dibaca jelas meskipun dengan suara pendek. Contohnya:


a. Nun Sukun ( نْ ) bertemu Hamzah : Contoh: : اِنْ أَنَا harus dibaca IN ANA (Benar), bukan INN ( mendengung ) ANA (Salah).


b. Fathahtain (  ـً )bertemu Hamzah : Contoh:  حَاسِدٍ اِذَا Cara Baca: Haasidinn idzaa (Benar), bukan Haasidinnidzaa (mendengung) (salah).


5. Contoh Bacaan Izhar Halqi

Adapun contoh dari bacaan izhar halqi adalah sebagai berikut:


1. Nun Sukun ( نْ )


Huruf Bacaan Dibaca

Hamzah ( ء ) مِنْ أَهْلِ Min Ahli

Haa’ (ه ) مِنْهُمْ Min Hum

Ain ( ع) مِنْ عَيْنٍ Min ‘Iin

Ghain ( غ ) مِنْ غِلٍّ Min Ghillin

Kha’ ( ح ) وَمِنْ حَيْثُ Wamin Haitsa

Kho’ ( خ ) مَنْ خَافَ Man KhoFa



2. Tanwin



 

Huruf Bacaan Dibaca

Hamzah ( ء ) لَكَبِيْرَةً اِلَّ Lakabiirotun iLLa

Haa’ (ه ) سَلَامٌ هِيَ Salamun Hiya

Ain ( ع) حَسَرٰتٍ عَلَيْهِمْ Hasarootin ‘Alaihim

Ghain ( غ ) حاَجْرٌ غَيْرُ Ajrun Ghoiru

Kha’ ( ح ) عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ‘Aliimun Hakiim

Kho’  ( خ ) مَغْفِرَةٌ خَيْرٌ Maghfirotun Khoiru


Izhar Syafawi ( اِظْهَارْ شَفَوِى )

Adapun penjelasan mengenai pengertian, hukum, huruf dan contoh izhar Syafawi adalah sebagai berikut:


1. Pengertian Izhar Syafawi ( اِظْهَارْ شَفَوِى )

Menurut bahasa izhar artinya jelas sedangkan Syafawi artinya bibir. Sehingga izhar syafawi menurut istilah artinya menyembunyikan lafal dengan jelas tanpa dengung dengan merapatkan kedua bibir.


2. Hukum Bacaan Izhar Syafawi

Hukum bacaan dapat dikatakan sebagai izhar syafawi apabila mim sukun ( مْ ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah 26 selain huruf Mim ( م ) dan Ba’ ( ب). Adapun Hukum izhar syafawi termasuk kedalam hukum bacaan Mim Sukun.


3. Cara Membaca Izhar Syafawi

Adapun cara membaca izhar syafawi adalah dengan melafalkan huruf mim dengan jelas dan dengan bibir tertutup. Jika huruf


( مْ ) bertemu dengan huruf  Wawu ( و ) dan Fa’ ( ف ) maka cara bacanya harus lebih jelas lagi.


Contohnya: قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى , يَمُدُّهُمْ فِيْ


4. Contoh Bacaan Izhar Syafawi

Berikut ini adalah beberapa contoh dari izhar syafawi:

Huruf Bacaan

مْ bertemu Alif اَنْذَرْتَهُمْ اَمْ

مْ bertemu ء عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ

مْ bertemu  ت لَمْ تُنْذِرْهُمْ

مْ bertemu ث وَكُلِّ بِكُمْ ثُمَّ اِلٗى

مْ bertemu ع وَّلَهُمْ عَذَابٌ

مْ bertemu غ اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ

Nah demikianlah penjelasan mengenai Izhar Halqi & Syafawi: Pengertian, Hukum, Huruf & Contohnya. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan untuk kita semua. Terimakasih 🙂

Cara Memahami Syirik dengan benar

Saat membaca judul di atas, mungkin terbersit di dalam benak kita sebuah pertanyaan, “mengapa kita harus memahami syirik? Bukankah syirik ad...